Pondok Pesantren
Darul Qurro mempunyai Falsafah Pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman dan
dasar-dasar kehidupan serta dinamika pendidikan di Pondok dalam mendidik
santri-santrinya. Adapun Falsafah Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Qurro adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang
dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus mengandung
unsur pendidikan.
Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri
sehari-hari atau dengan kata lain seluruh kegiatan santri di dalam pondok harus
mengandung unsur pendidikan, dan santri menjadi terdidik dengan kegiatan
tersebut, ini merupakan bentuk totalitas pendidikan pesantren dan salah satu
bentuk pendidikan spektakuler.Artinya, pendidikan tidak terbatas pada proses
belajar mengajar di kelas, tetapi juga di luar kelas, termasuk penugasan,
latihan kepemimpinan, kerja kelompok, kerja bakti, dan interaksi kehidupan di
asrama yang berjalan selama 24 jam dalam pengawasan ketat adalah pendidikan
yang sesungguhnya.
2. Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak.
Akhlak merupakan pelajaran yang tidak hanya diajarkan tetapi
juga diamalkan, sehingga semua pelajaran diharapkan mampu membentuk akhlak dan
karakter santri. Dan hal ini bukan sekedar slogan, tetapi juga tertuang dalam
motto Pondok Modern,yaituberbudi tinggi.Kiai, para asatidz, dan seluruh santri
harus mencerminkan akhlak yang baik. Maka dari itu, tidak boleh ada mata
pelajaran yang menyimpang dari kaidah-kaidah akhlak, atau tidak boleh ada mata
pelajaran yang disampaikan dengan tidak menjunjung tinggi akhlakul
karimah.
3. Berjasalah tetapi jangan minta jasa.
Keikhlasan adalah nilai utama yang diajarkan dan dididikkan di
pesantren, sehingga ditanamkan nilai untuk berbuat, beramal dan berjasa kepada
pondok, masyarakat dan umat tanpa meminta imbalan atau jasa. Santri tidak
dididik materialistis, yaitu semua serba dihitung dengan materi, melainkan
dibangkitkan jiwanya untuk mengabdi dan berjuang di masyarakat tanpa pamrih,
karena tujuannya adalah li i’lai kalimatillah, yaitu
untuk meninggikan agama Allah. Salah satu ayat di dalam surat Yasin yang
artinya “Ikutilah
orang-orang yang tiada meminta balasan kepadamu, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk” menjadi slogan yang dipampang di
sudut-sudut pondok. Ini telah menjadi semacam doktrin wajib kepada seluruh
santri.
4. Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.
Pondok pesantren adalah tempat untuk mendidik kader umat,
sehingga diperlukan mental mau dipimpin dan siap untuk memimpin. Sehingga
segala bentuk kegiatan di pondok diatur dan diurus oleh santri sendiri, ada
yang menjadi ketua dan anggota, ada yang memimpin dan dipimpin, dan diadakan
rotasi kepemimpinan minimal dua kali dalam setahun. Ini juga bagian dari
pendidikan kepemimpinan dan kemasyarakatan.
5. Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja,
hidup sekali hiduplah yang berarti.
Pesantren juga mengajarkan keberanian untuk hidup, dan hidup
yang tidak hanya sekedar hidup. Tetapi hidup yang bermanfaat bagi orang lain
sesuai dengan hadis nabi, sebaik-baik manusia adalah manusia
yang paling banyak manfaatnya (HR. Bukhari-Muslim)Sehingga
santri memaknai dengan sebenarnya arah dan tujuan hidup ini. Buya Hamka pernah
mengatakan dengan sangat tajam: Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga
hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja. Jadi, manusia itu
dalam hidup dan bekerja harus bermakna dan bermanfaat.
6. Tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan. Orang yang tidak
paham arti kemajuan, tidak pernah mengerti pedihnya kemunduran.
Pengetahuan atau ilmu adalah kunci dari kegiatan di pondok,
tetapi bukan hanya sekedar tahu tapi juga menjadi. Tahu kepentingan dengan
menjadi orang penting, tahu arti perjuangan dengan menjadi pejuang.
Dalam proses pendidikan melalui penugasan,
latihan kepemimpinan, kerja kelompok, kerja bakti dan interaksi kehidupan di
asrama selama 24 jam ditanamkan nilai perjuangan dan keikhlasan. Sehingga
menjadi dasar beraktifitas di pondok, karena hanya pejuanglah yang dapat
memahami arti perjuangan dan hanya orang penting yang mengetahui arti
kepentingan. Dengan dinamika pondok yang mengalami pasang surut, santri akan
lebih mengerti hakekat kemajuan.
Mengetahui tingkatan permasalahan dari yang penting dan yang
kurang penting menjadi dasar untuk beraktifitas dan berjuang, sehingga dengan
mengerti, tahu, memahami dan melaksanakan,santridapat belajar tentang
perjuangan. Selain itu, pengetahuan atau ilmu adalah kunci dari kegiatan
di pondok, tetapi bukan hanya sekedar tahu tapi juga berpengalaman dengan
terjun langsung. Dengan demikian diharapkan menjadi orang pentingdengan
mengetahui kepentingan, serta menjadi pejuang dengan tahu arti perjuangan.
7. إن
أريد إلا الإصلاح ما استطعت
(aku tidak menginginkan sesuatu kecuali hanyalah perbaikan,
sekuat yang aku mampu lakukan).
Segala bentuk pendidikan di pondok didasari oleh keinginan untuk
memperbaiki dengan usaha yang maksimal semampu yang dapat dilakukan. Manusia
pastilah memiliki aib, dosa dan kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut
bukan berarti tidak bisa berbuat baik. Nilai kebaikan, dari berbuat baik dan
memperbaiki dengan usaha yang maskimal inilah yang menjadi nafas pendidikan di Darul
Qurro, sehingga segala bentuk perbaikan mulai marah ataupun dimarahi,
menguhukum atau dihukum di pondok didasarkan atas niatan untuk perbaikan.
8.
خير الناس أنفعهم للناس
(sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat untuk orang
lain(
Nilai ini terambil dari hadis nabi, sehingga salah satu tujuan
pendidikan pondok adalah mengkader santri-santrinya untuk menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain, dan tidak menjadi beban bagi orang lain sesuai yang
diharapkan oleh Nabi.
9. Pendidikan
itu by doing, bukan by lips.
Pendidikan di pondok bukan hanya sekedar diceramahkan, atau di
pidatokan akan tertapi juga dilakukan dengan uswah hasanah, sehingga
santri dapat memahaminya dengan lebih kongkrit serta meneladaninya. Dimulai
dari pembekalan melaui ceramah, pengarahan kemudian naik menjadi penugasan
serta pengawalan dan berakhir dengan uswah hasanah.
10. Hanya
orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti
perjuangan.
Pondok menanamkan mental penting, yaitu
menganggap segala sesuatu itu penting dari hal yang kecil hingga hal yang
besar. Dan dengan mengetahui hal-hal penting, maka santri akan menjadi orang
penting.
11. Perjuangan memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek perlu
sak nyawane.
Dalam setiap perjuangan pastilah memerlukan pengorbanan, di Darul
Qurro ditanamkan jiwa berjuang dan jiwa berkorban, dengan segenap yag dimiliki,
dari harta, tenaga, pikiran bahkan kalau diperlukan jiwa atau nyawa sekalian.
12. Berbuatlah melebihi apa yang telah diperbuat oleh para pendahulu.
Berprestasi dan selalu melakukan kebaikan adalah nilai yang
selalu ditanamkan di Darul Qurro. Bahkan bila diperlukan berusaha dengan sebaik
mungkin dan sebanyak mungkin sehingga dapat mengimbangi apa yang telah
dilakukan para pendahulu kita, bahkan lebih banyak lagi.
13.
Sederhana tidak berarti miskin.
Sederhana dalam pandangan pesantren berarti wajar, sesuai
kebutuhan, tidak pasif atau nrimo, tidak juga berarti
miskin atau melarat. Justru dalam kesederhanaan ini terdapat kekuatan yang
dahsyat yaitu nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri
dalam menghadapi semua aral ujian yang menghadang, agar menatap hidup lebih
dinamis dan tegar dalam menghadapi ujian perjuangan hidup.
Dan dalam kehidupan
di pesantren inilah nilai-nilai kesederhanaan itu akan ditanamkan kepada
seluruh santri. Di balik kesederhanaan itu akan terpancar jiwa besar, berani
maju dan pantang mundur dalam segala kondisi sesulit apapun. Bahkan pada jiwa
kesederhanaan inilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat sebagai
syarat mutlak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam semua ruang
lingkup kehidupan.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.