Pondok Pesantren Darul Qurro mempunyai
Falsafah Pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman dan dasar-dasar kehidupan
serta dinamika pendidikan di Pondok dalam mendidik santri-santrinya. Adapun
Falsafah Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Qurro adalah sebagai berikut:
a. Al-thariiqah
ahammu min al-maaddah, wa al-mudarrisu ahammu min al-thariiqah wa ruuh
al-mudarrisi ahammu min al-mudarris.(Metode lebih penting daripada
materi pelajaran, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih
penting daripada guru itu sendiri).
Dalam proses pembelajaran, Darul Qurro lebih mementingkan jiwa
guru atau jiwa mendidik dibandingkan materi, metode, dan guru. Materi bisa
direvisi,metode bisa berubah dan guru berganti, namun jiwa guru, jiwa mengajar,
jiwa memberi inilah yang lebih penting dan tidak tergantikan dengan jiwa
lainnya. Sehingga dengan demikian, semangat mengajar, menyebarkan kebaikan dan
menjadi manfaat kepada orang lain dengan mengajar diharapkan mampu menularkan
kebaikan tersebut secara total dan bukan partial.
b. Pondok memberi kail, tidak
memberi ikan.
Ini adalah perumpamaan pembelajaran di Darul Qurro. Dalam hal
ini diibaratkan dengan kail, yang mana dengan kail tersebut, santri dapat
memancing sendiri dan mendapatkan ikan sendiri, bahkan mendapat lebih banyak
dari pada hanya sekedar diberi ikan. Sehingga santri dituntut untuk banyak
mencari sendiri dengan “kunci pengetahuan” yang diberikan pondok dan membuka
cakrawala ilmu yang luas, daripada santri diberikan materi-materi dan tidak
memiliki kemampuan untuk menggunakan atau mengembangkannya.
c. Ujian untuk belajar, bukan
belajar untuk ujian.
Ujian di Darul Qurro merupakan
salah satu sarana belajar, dan tidak boleh dibalik bahwa santri belajar hanya
untuk ujian. Hal ini bertujuan bahwa niat belajar adalah menjadi jiwa setiap
santri dalam belajar di pondok dan menjadikan santri bersemangat dalam belajar
dari awal tahun pelajaran dan tidak hanya sekedar menjelang ujian.
d. Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi
ilmu untuk ibadah dan amal.
Harapan Darul Qurro dalam
proses pembelajaran bukan hanya sekedar transformasi keilmuan saja, melainkan
lebih dari itu. Bahwa ilmu yang didapat bukan sebatas nilai ujian, melainkan
ilmu adalah yang didapat dan diniatkan untuk beribadah kepada Allah dan ilmu
tersebut diamalkan oleh santrinya. Sehingga santri tidak berorientasi kepada
nilai, tetapi kepada mencari ridha Allah dan mengamalkan ilmu yang telah
dipelajari di pondok.
e. Pelajaran di KMI: agama
100% dan umum 100%.
Falsafah ini merupakan sebuah bentuk totalitas pendidikan di Tazakka. Bukan berarti bahwa bila
diprosentasikan jumlah pelajaran agama dan umum menjadi 200%, melainkan
semangat nilai, kesungguhan dan totalitas. Dalam artian, ketika pelajaran
agama, santri diajar dengan 100% kesungguhan, demikian pula pada pelajaran
umum. Darul Qurro tidak melihat ilmu secara dualisme, antara agama dan
pengetahuan umum berbeda, melainkan pengetahuan agama dan umum merupakan
kesatuan ilmu yang tidak terpisah.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.