Selasa, 10 Maret 2020

Falsafah Pembelajaran Darul Qurro


Pondok Pesantren Darul Qurro mempunyai Falsafah Pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman dan dasar-dasar kehidupan serta dinamika pendidikan di Pondok dalam mendidik santri-santrinya. Adapun Falsafah Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Qurro adalah sebagai berikut:
a.       Al-thariiqah ahammu min al-maaddah, wa al-mudarrisu ahammu min al-thariiqah wa ruuh al-mudarrisi ahammu min al-mudarris.(Metode lebih penting daripada materi pelajaran, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri).
Dalam proses pembelajaran, Darul Qurro lebih mementingkan jiwa guru atau jiwa mendidik dibandingkan materi, metode, dan guru. Materi bisa direvisi,metode bisa berubah dan guru berganti, namun jiwa guru, jiwa mengajar, jiwa memberi inilah yang lebih penting dan tidak tergantikan dengan jiwa lainnya. Sehingga dengan demikian, semangat mengajar, menyebarkan kebaikan dan menjadi manfaat kepada orang lain dengan mengajar diharapkan mampu menularkan kebaikan tersebut secara total dan bukan partial.
b.      Pondok memberi kail, tidak memberi ikan.
Ini adalah perumpamaan pembelajaran di Darul Qurro. Dalam hal ini diibaratkan dengan kail, yang mana dengan kail tersebut, santri dapat memancing sendiri dan mendapatkan ikan sendiri, bahkan mendapat lebih banyak dari pada hanya sekedar diberi ikan. Sehingga santri dituntut untuk banyak mencari sendiri dengan “kunci pengetahuan” yang diberikan pondok dan membuka cakrawala ilmu yang luas, daripada santri diberikan materi-materi dan tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan atau mengembangkannya.
c.       Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
Ujian di  Darul Qurro merupakan salah satu sarana belajar, dan tidak boleh dibalik bahwa santri belajar hanya untuk ujian. Hal ini bertujuan bahwa niat belajar adalah menjadi jiwa setiap santri dalam belajar di pondok dan menjadikan santri bersemangat dalam belajar dari awal tahun pelajaran dan tidak hanya sekedar menjelang ujian.
d.      Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal.
Harapan  Darul Qurro dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar transformasi keilmuan saja, melainkan lebih dari itu. Bahwa ilmu yang didapat bukan sebatas nilai ujian, melainkan ilmu adalah yang didapat dan diniatkan untuk beribadah kepada Allah dan ilmu tersebut diamalkan oleh santrinya. Sehingga santri tidak berorientasi kepada nilai, tetapi kepada mencari ridha Allah dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari di pondok.
e.       Pelajaran di KMI: agama 100% dan umum 100%.
Falsafah ini merupakan sebuah bentuk totalitas pendidikan di  Tazakka. Bukan berarti bahwa bila diprosentasikan jumlah pelajaran agama dan umum menjadi 200%, melainkan semangat nilai, kesungguhan dan totalitas. Dalam artian, ketika pelajaran agama, santri diajar dengan 100% kesungguhan, demikian pula pada pelajaran umum. Darul Qurro tidak melihat ilmu secara dualisme, antara agama dan pengetahuan umum berbeda, melainkan pengetahuan agama dan umum merupakan kesatuan ilmu yang tidak terpisah.


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.